Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired
Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya
sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan
virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini
AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta
orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang
sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit
ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim
telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005
saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5]
Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia
di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat
kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut
tidak tersedia di semua negara.
Hukuman
sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan
penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut
juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat
dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
- Penyebab
;
AIDS
merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T
CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel
T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+
dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah
membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200
per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya
ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi
infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya
AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di
dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa
terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS
ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah
mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan
penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20
tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh
untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang
terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang
yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang
pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi
lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.
Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah
orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa
variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju
perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang
sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS,
serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
- Penularan
Seksual
Penularan
(transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi
cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin,
atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa
pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung,
dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa
dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk
melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum
meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan
sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi
HIV.
Penyakit
menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan
gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin,
dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan
makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika
Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat
kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin
seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut
juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular
seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang
menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi
HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan
pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada
berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma
yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada
air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV
plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih
rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi
mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.[38][39]
Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang
lebih mematikan.
- Diagnosis
Sejak
tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi
AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang
AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan
untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien,
karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di
negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV
digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di
negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease
Control (CDC) Amerika Serikat
- Pencegahan
Tiga
jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui
hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan
tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar
kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air
mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi
dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan
Apa itu HIV & AIDS
Apakah HIV?
HIV
merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem
kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang
akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem
kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan
tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai
ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi
tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Apakah AIDS?
AIDS
adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat
HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator
bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Apakah gejala-gejala HIV?
Sebagian
besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang
tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan
kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi,
gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada
saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang
biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendatipun
infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat
mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk
menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
Infeksi
HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini
menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan
berkembangnya AIDS.
Kapankah seorang terkena AIDS?
Istilah
AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian
besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan
tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan
beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization) sebagai berikut:
- Tahap
I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan
sebagai AIDS.
- Tahap
II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran
pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
- Tahap
III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung
lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru),
atau
- Tahap
IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran
tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran
paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV
digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian
besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh
orang yang sehat, dapat diobati.
Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi
AIDS?
Lamanya
dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya
hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat
berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi
antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah
virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
Apakah tes HIV?
Tes HIV
merupakan pengujian untuk mengetahui apakah HIV ada dalam tubuh seseorang. Tes
HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh
sistem kekebalan tubuh dalam merespons HIV, karena antibodi itu lebih mudah
(dan lebih murah) dideteksi dibanding pendeteksian virus itu sendiri. Antibodi
diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons suatu infeksi.
Bagi
sebagian besar orang, antibodi tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk
berkembang. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, antibodi ini perlu sampai
enam bulan untuk berkembang.
Setelah kemungkinan pajanan, berapa lamakah
saya harus menunggu sebelum menjalani tes HIV?
Hendaknya
anda menunggu tiga bulan setelah pajanan sebelum dites HIV. Walaupun tes
antibodi HIV sangat sensitif, ada “periode jendela” selama tiga sampai 12
minggu, yang merupakan periode antara terinfeksi HIV dengan kemunculan antibodi
yang dapat dideteksi. Dalam hal tes anti HIV paling sensitif yang saat ini
direkomendasikan, ?periode jendela?-nya adalah sekitar tiga minggu. Periode ini
bisa saja lebih lama bila tes yang kurang sensitif yang digunakan.
Selama
“periode jendela”, orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki antibodi yang dapat
dideteksi oleh tes HIV dalam darahnya. Kendatipun demikian, seseorang mungkin
sudah memiliki HIV dalam kadar tinggi dalam cairan tubuhnya seperti darah,
cairan semen, cairan vagina, dan ASI. HIV dapat ditularkan ke orang lain selama
“periode jendela” ini, walau tes HIV mungkin saja tidak menunjukkan bahwa anda
tidak terinfeksi HIV.
Mengapa saya harus menjalani tes HIV?
Ada dua
keuntungan penting bila anda mengetahui status HIV. Pertama, bila anda
terinfeksi HIV, anda dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu
sebelum gejala muncul, yang secara potensial dapat memperpanjang hidup anda
selama beberapa tahun. Kedua, bila anda tahu bahwa anda terinfeksi, anda dapat
mengambil segala kewaspadaan yang dipandang perlu untuk mencegah penyebaran HIV
kepada orang lain.
Di mana saya dapat menjalani tes/ pemeriksaan?
Banyak
tempat di mana anda dapat dites HIV: di kantor praktek dokter swasta,
departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan
tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV. Cobalah untuk
mencari tahu tentang tes di tempat dimana konseling HIV/AIDS diberikan.
Apakah hasil tes saya bersifat rahasia?
Semua
orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin sebelum dites. Hasil tes
harus mutlak dijaga kerahasiaannya.
Ada
berbagai jenis tes yang tersedia:
- Tes
HIV rahasia
Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV
menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi
dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.
- Tes
HIV Anonim
Nama orang yang dites tidak digunakan dalam
kaitannya dengan tes tersebut. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan
dalam tes, yang memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada
dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.
Kerahasiaan
bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian kerahasiaan
tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota keluarga,
orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak dipercaya. Namun
perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan
diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial.
Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas
kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga
kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja
kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya
memberikan perawatan yang sesuai.
Apa yang harus saya lakukan ketika saya
terjangkit HIV?
Berkat
perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang yang hidup
dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama.
Sangatlah penting bagi anda untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara
perawatan HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan
merekomendasikan dokter yang tepat.
Selain
itu, anda dapat melakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
- Ikuti
petunjuk dokter anda. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter anda
memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
- Lakukan
imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu
(setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
- Bila
anda merokok atau anda menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh
dokter anda, segera hentikan.
- Makan
makanan yang sehat.
- Berolahragalah
secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
- Tidur
dan beristirahatlah dengan cukup.
Apa artinya bila tes HIV saya hasilnya negatif?
Hasil tes yang negatif berarti bahwa di dalam
darah anda, tidak terdapat antibodi HIV saat Anda melakukan tes. Bila anda
negatif, pastikan bahwa anda tetap seperti itu: pelajari berbagai fakta
mengenai penularan HIV dan hindarkan diri agar tidak terjerumus dalam perilaku
yang tidak aman.
Kendatipun
demikian, masih terdapat kemungkinan terinfeksi, karena sistem kekebalan tubuh
memerlukan waktu sampai tiga bulan untuk memproduksi antibodi dalam jumlah yang
cukup untuk mengindikasikan infeksi dalam tes darah anda. Sangat disarankan
untuk melakukan tes ulang beberapa waktu setelah tes pertama itu, dan seraya
menunggunya, anda bersifat waspada. Selama “periode jendela” sangat besar
kemungkinan seseorang untuk menularkan, dan karenanya, anda hendaknya melakukan
berbagai upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan.
Mitos HIV & AIDS
Apakah gigitan nyamuk membawa risiko terinfeksi
HIV?
HIV
tidak menyebar melalui gigitan nyamuk atau gigitan serangga lainnya. Bahkan
bila virus masuk ke dalam tubuh nyamuk atau serangga yang menggigit atau
mengisap darah, virus tersebut tidak dapat mereproduksi dirinya dalam tubuh
serangga. Karena serangga tidak dapat terinfeksi HIV, serangga tidak dapat
menularkannya ke tubuh manusia yang digigitnya.
Apakah saya harus khawatir tertular HIV saat
melakukan kegiatan olah raga?
Tidak
terdapat bukti bahwa HIV dapat ditularkan ketika seseorang melakukan olah raga.
Bisakah saya terkena HIV dari bersentuhan
secara biasa? (berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet, minum dari
gelas yang juga digunakan oleh seseorang yang terkena HIV, atau berada
berdekatan dengan seseorang yang terinfeksi yang sedang bersin atau batuk)?
HIV
tidak ditularkan oleh kontak sehari-hari dalam kegiatan sosial, di sekolah,
ataupun di tempat kerja. Anda tidak dapat terinfeksi lantaran anda berjabat
tangan, berpelukan, menggunakan toilet yang sama atau minum dari gelas yang
sama dengan seseorang yang terinfeksi HIV, atau terpapar batuk atau bersin
penyandang infeksi HIV.
Apakah HIV hanya menjangkiti kaum homoseksual
dan pengguna narkoba saja?
Tidak.
Setiap orang yang melakukan hubungan seks yang tak terlindungi, berbagi
penggunaan alat suntikan, atau diberi transfusi dengan darah yang
terkontaminasi dapat terinfeksi HIV. Bayi dapat terinfeksi HIV dari ibunya
selama masa kehamilan, selama proses persalinan, atau setelah kelahiran melalui
pemberian air susu ibu.
Sebanyak
90% kasus HIV merupakan akibat dari penularan seksual dan 60-70%kasus HIV
terjadi di kalangan heteroseksual.
Apakah kita dapat mengetahui bahwa seseorang
terkena HIV hanya dengan melihat dari penampilannya?
Kita
tidak dapat mengetahui bahwa seseorang menyandang HIV atau AIDS hanya dengan
melihat penampilan mereka. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa saja nampak sehat
dan merasa baik-baik saja, namun mereka tetap dapat menularkan virus itu ke
anda. Tes darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang
terinfeksi HIV atau tidak.
Bisakah saya terjangkit lebih dari satu infeksi
menular seksual (IMS) pada saat yang bersamaan?
Ya. Anda
dapat terkena lebih dari satu infeksi penyakit menular (IMS) pada saat yang
bersamaan. Masing-masing infeksi memerlukan pengobatannya sendiri. Anda tidak
dapat menjadi kebal terhadap IMS. Anda juga dapat terkena infeksi yang sama
berkali-kali. Banyak pria dan wanita yang tidak merasa atau melihat gejala awal
apapun ketika mereka pertama kali terinfeksi dengan IMS, kendatipun mereka
masih bisa menulari pasangan seksualnya.
Ketika seseorang sedang menjalani terapi
antiretroviral, dapatkan dia menularkan HIV kepada orang lain?
Terapi
antiretroviral tidak dapat mencegah penularan virus ke orang lain. Terapi dapat
membantu menurunkan jumlah virus ke tingkat yang tidak terdeteksi, namun HIV
masih tetap ada dalam tubuh, dan dapat ditularkan ke orang lain melalui
hubungan seksual, dengan bergantian memakai peralatan suntikan, atau melalui
ibu yang menyusui bayinya.
Pencegahan HIV
Bagaimana infeksi HIV dapat dicegah?
Penularan
HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
- berpantang
seks
- hubungan
monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
- seks
non-penetratif
- penggunaan
kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara
tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
- Bila
anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau
semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan
sebelum digunakan kembali.
- Pastikan
bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar
keamanan darah dilaksanakan.
Apakah “seks aman” itu?
Tak ada
seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan
untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS),
termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat dan
konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman.
Seberapa efektifkah kondom dalam mencegah HIV?
Kondom
yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia
untuk melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular
seksual (IMS) lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi
alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan
laki-laki.
Walaupun
begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan kondom
tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular
seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus
digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.
Bagaimana cara memasang kondom pria?
- Kondom
berpelumas lebih sedikit kemungkinan untuk robek saat dikenakan atau
digunakan. Pelumas berbasis minyak, seperti vaselin, hendaknya tidak
digunakan karena dapat merusak kondom.
- Hanya
buka bungkusan berisi kondom saat akan digunakan, kalau tidak kondom akan
mengering. Berhati-hatilah agar kondom tidak rusak atau sobek ketika anda
membuka bungkusnya. Bila kondom ternyata sobek, buang kondom tersebut dan
buka bungkusan yang baru.
- Kondom
dikemas tergulung dalam bentuk lingkaran gepeng. Pasanglah kondom yang
tergulung itu di ujung penis. Peganglah ujung kondom di antara ibu jari
dan jari telunjuk untuk menekan udara supaya keluar dari ujung kondom.
Tindakan ini akan menyisakan ruang untuk tempat cairan semen setelah
terjadinya ejakulasi. Tetap pegang ujung kondom dengan satu tangan. Dengan
tangan yang satunya, gulunglah sepanjang penis yang berereksi ke arah
rambut kemaluan. Jika pria pemakai tidak disunat, ia harus menarik kulup
ke arah pangkal penis sebelum menggulung kondom.
- Bila
kondom tidak cukup berpelumas, pelumas berbasis air (seperti silikon,
gliserin, atau K-Y jelly) dapat ditambahkan. Bahkan air ludah dapat
berfungsi dengan baik sebagai pelumas. Pelumas yang terbuat dari
minyak-minyak goreng atau lemak, minyak bayi atau minyak mineral, jeli
berbasis bahan turunan minyak bumi seperti vaselin dan olesan lainnya –
hendaknya jangan digunakan karena dapat merusak kondom.
- Setelah
berhubungan seks, kondom perlu segera dilepaskan secara benar.
- Segera
setelah si pria pemakai mengalami ejakulasi, ia harus menahan pada ujung
dekat pangkal penis untuk memastikan agar kondom tidak terlepas.
- Kemudian,
si pria harus menarik keluar penisnya selagi masih dalam keadaan ereksi.
- Ketika
penis mengecil kembali, lepaskan kondom dan buanglah kondom pada tempat
yang tepat. Jangan membuang kondom ke dalam toilet dan menyentornya dengan
air.
- Bila
anda akan melakukan hubungan seks lagi, gunakan kondom baru, dan ulangi
proses di atas dari awal.
Apakah kondom perempuan?
Kondom
perempuan merupakan metode kontrasepsi pertama dan satu-satunya yang
dikendalikan oleh perempuan. Kondom perempuan adalah sarung yang terbuat dari
bahan polyuretan yang kuat, lembut, dan tembus pandang yang dimasukkan ke dalam
vagina sebelum melakukan hubungan seks. Kondom tersebut sepenuhnya mengikuti
bentuk vagina dan karenanya dengan penggunaan yang benar dan konsisten, ia akan
memberikan perlindungan dari kemungkinan hamil sekaligus infeksi menular
seksual (IMS). Kondom perempuan tidak memiliki risiko dan efek samping, dan
tidak memerlukan resep atau intervensi dari staf perawatan kesehatan.
Bagaimana cara memasang kondom perempuan?
- Ambil
kondom dari dalam bungkus pelindungnya. Bila dipandang perlu, tambahkan
pelumas ekstra pada cincin-cincin kondom bagian dalam dan luar.
- Untuk
memasukkan kondom, berjongkoklah, duduk dengan kedua lutut terbuka lebar,
atau berdirilah dengan satu kaki bertumpu di atas bangku kecil atau kursi
rendah. Pegang kondom dengan bagian ujung yang terbuka menghadap ke arah
bawah. Sambil memegang cincin atas “kantung” (ujung kondom yang tertutup),
pencet cincin diantara ibu jari dan jari tengah.
- Kemudian
letakkan jari telunjuk di antara ibu jari dan jari tengah. Dengan
jari-jari dalam posisi tersebut, jagalah agar bagian ujung kondom tetap
terjepit dalam bentuk lonjong pipih. Gunakan tangan yang satunya untuk
membuka bibir vagina dan masukkan ujung “kantung” yang tertutup.
- Setelah
ujungnya masuk, gunakan jari telunjuk anda untuk mendorong “kantung”
sampai ke ujung vagina. Pastikan bahwa ujung kondom telah terletak
melewati tulang kemaluan anda dengan menekukkan jari telunjuk ke arah atas
setelah jari berada beberapa inci di dalam vagina. Anda dapat mengenakan
kondom perempuan maksimal delapan jam sebelum melakukan hubungan seksual.
- Pastikan
bahwa kondom tersebut tidak terpelintir dalam vagina anda. Jika demikian,
keluarkan, berikan satu atau dua tetes cairan pelumas dan masukkan
kembali. Catatan: Kira-kira satu inci dari ujung kondom yang terbuka akan
berada di luar tubuh anda. Jika pasangan anda memasukkan penisnya di bawah
atau di sebelah kantung, mintalah ia untuk menarik keluar kembali. Copot
kondomnya, buang dan gunakan yang baru. Sampai anda dan pasangan anda
terbiasa dengan kondom perempuan, akan sangat berguna jika anda
menggunakan tangan anda untuk membantu memasukkan penisnya ke vagina.
- Setelah
pasangan anda berejakulasi dan menarik keluar penisnya, pencet dan putar
ujung kondom yang terbuka agar sperma tidak tumpah. Keluarkan
perlahan-lahan. Buanglah kondom bekas tersebut (namun jangan membuangnya
ke lubang toilet).
- Tidak
disarankan untuk menggunakan ulang kondom perempuan.
Bagaimana pengguna narkoba suntik (IDU) dapat
mengurangi risiko tertular HIV?
Bagi
pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi
risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
- Beralih
dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
- Jangan
pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau
alat untuk menyiapkan napza.
- Gunakan
semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya
apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk
mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
- Ketika
mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber
yang dapat diandalkan.
- Dengan
menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan
disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.
Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat
dicegah?
Penularan
HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan,
selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya
intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan
menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air
susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung
pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan
lamanya masa menyusui.
Penularan
dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
- Pengobatan:
Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan
metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke
anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi,
dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini
dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV
khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan
dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis
kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui
dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam
bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan,
dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine
diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan,
risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum,
efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada
HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya
hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
- Operasi
Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi
dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari
jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa
sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat
persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan
risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan
kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu
dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
- Menghindari
pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak
disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak,
bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI
dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun
demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi
kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang
higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Badan
Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:
Ketika
makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan,
dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak
menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus
sesegera mungkin.
Prosedur apakah yang harus ditempuh oleh
seorang petugas kesehatan untuk mencegah penularan dalam setting perawatan
kesehatan?
Para
pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal
Precaution). Kewaspadaan Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi
yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para
pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan
melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan
Universal meliputi:
- Cara
penanganan dan pembuangan barang-barang tajam (yakni barang-barang yang
dapat menimbulkan sayatan atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum
hipodermik, pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat infus,
gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
- Mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua
prosedur;
- Menggunakan
alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata
pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan
cairan tubuh lainnya;
- Melakukan
desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
- Penanganan
seprei kotor/bernoda secara tepat.
Selain
itu, semua pekerja kesehatan harapnya berhati-hati dan waspada untuk mencegah
terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan instrumen atau
peralatan yang tajam. Sesuai dengan Kewaspadaan Universal, darah dan cairan
tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa
memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status
HIV-nya.
Apa yang harus dilakukan bila anda menduga
bahwa anda telah terekspos HIV?
Bila
anda menduga bahwa anda telah terpapar HIV, anda hendaknya mendapatkan
konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan hendaknya diambil
guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya anda benar
terinfeksi HIV.
Perawatan HIV
Adakah obat untuk HIV?
Tidak.
Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan
penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi
yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat
kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda
awal terjadinya AIDS.
Jenis pengobatan dan perawatan apakah yang
tersedia?
Pengobatan
dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi
konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV,
konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS,
pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS),
dan pemberian obat-obatan antiretroviral.
Apakah obat anti retroviral itu?
Obat
antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja
melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam
tubuh.
Bagaimana cara kerja obat antiretroviral?
Dalam
suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat
menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang
diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan
tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan antiretroviral memperlambat replikasi
sel-sel, yang berarti memperlambat penyebaran virus dalam tubuh, dengan
mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara.
- Penghambat
Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)
HIV memerlukan enzim yang disebut reverse
transcriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja
reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakkan materi
genetik virus tersebut.
- Penghambat
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)
Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan
replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini
mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus
baru dalam sel-sel yang terinfeksi.
- Penghambat
Protease (PI)
Protease merupakan enzim pencernaan yang
diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru.
Protease memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian
dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan
protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.
Obat-obatan
lain yang dapat menghambat siklus virus pada tahapan yang lain (seperti
masuknya virus dan fusi dengan sel yang belum terinfeksi) saat ini sedang
diujikan dalam percobaan-percobaan klinis.
Apakah obat antiretroviral efektif?
Penggunaan
ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan
jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau
bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang
penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif
dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah
sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).
Supaya
pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis
obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang
disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral
Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat
anti HIV.
Bila
hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu,
perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap
obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus
mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan
pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat
perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi
tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase
enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya
hanya diminum di bawah pengawasan medis.
Mengapa ARV tidak siap tersedia?
Di
negara-negara berkembang, hanya sekitar 5% dari mereka yang membutuhkan dapat
memperoleh pengobatan antiretroviral, sementara di negera-negara berpendapatan
tinggi akses tersebut hampir universal. Masalahnya adalah harga obat-obatan
yang tinggi, infrastruktur perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan
kurangnya sumber pembiayaan, menghalangi penggunaan perawatan kombinasi ARV
secara meluas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sebanyak
12 obat-obatan ARV telah diikutsertakan dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO
(WHO Essential Medicines List). Diikutsertakannya ARV dalam Daftar Obat-obatan
Esensial WHO akan mendorong pemerintah di negara-negara dengan epidemi tinggi untuk
lebih memperluas pendistribusian obat-obatan esensial tersebut kepada mereka
yang memerlukannya. Sementara itu, meningkatnya komitmen ekonomi dan politik di
tahun-tahun terakhir ini, yang distimulir oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA), masyarakat sipil dan mitra lainnya, telah membuka ruang bagi perluasan
akses terhadap terapi HIV secara luar biasa.
Perawatan jenis apakah yang tersedia ketika
akses ARV tidak tersedia?
Unsur-unsur
perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV
tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling,
pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada
umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar